Macam-Macam Pola Asuh dan Dampaknya Pada Anak
Untuk memastikan seorang anak menjalani tumbuh kembang yang optimal, orang tua harus bisa menerapkan pola asuh yang baik. Pola asuh dinilai sangat penting karena dapat mempengaruhi kehidupan sang buah hati di masa depan. Melalui pola asuh yang baik, orang tua dapat memberi arahan bagaimana anak bisa beradaptasi dengan lingkungan serta budaya di tempat tinggal mereka.
Pola asuh yang baik merupakan salah satu kebutuhan dasar seorang anak yang harus dipenuhi oleh orang tua. Dilansir dari perkataan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), ada tiga kebutuhan dasar anak, yaitu asah, asih dan asuh. Asah merupakan stimulasi, asih adalah kebutuhan emosi dan kasih sayang dan asuh merupakan kebutuhan fisik anak.
Secara umum, jenis pola asuh anak dipengaruhi oleh daya tanggap (responsiveness) dan tuntutan (demandingness). Daya tanggap dihubungkan dengan sikap lebih peduli orang tua, mendukung, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan anak dengan maksud untuk mendorong individualitas anak, kemandirian, serta rasa percaya diri. Sedangkan tuntutan dihubungkan dengan tuntutan orang tua terhadap anak. Bisa berupa tuntutan untuk menjadi dewasa, pengawasan, serta upaya menegur dan mendisiplinkan anak saat iya tidak patuh.
Berdasarkan dua faktor di atas, maka pola asuh terbagi menjadi empat tipe, yaitu authoritarian (otoriter), indulgent (permisif), authoritative (demokratis) dan neglectful (abai).
1. Pola asuh authoritarian (otoriter)
Pada pola asuh ini, orang tua adalah pemegang kekuasaan tertinggi alias otoriter.
Karakteristik otoriter yaitu tegas, kaku, merasa selalu benar dan menerapkan hukuman apabila tidak sesuai kemauan orang tua atau tidak sesuai aturan.
Pola asuh ini akan menjadikan anak memiliki karakter patuh dan disiplin. Sayangnya, pola asuh ini dapat menjadikan anak memiliki daya tanggap yang rendah. Orang tua juga jarang mempedulikan dan mendengar pendapat anak.
Hal ini dapat menjadikan anak tidak terbiasa dalam mengambil keputusan sendiri serta takut untuk mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, anak juga bisa menjadi stress sehingga berdampak pada perkembangan emosinya.
Walaupun pengasuhan otoriter ini cenderung mencetak anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, namun di sisi lain anak akan mudah meledak-ledak, mengalami hubungan interpersonal yang kurang baik, serta bisa menjadi pribadi yang otoriter di kemudian hari.
2. Pola asuh Indulgent (permisif)
Pola asuh permisif antonim dari pola asuh otoriter. Orang tua cenderung untuk mengikuti semua keinginan anak atau istilahnya ‘memanjakan’ anak.
Orang tua yang permisif dapat menjadi seorang teman baik bagi anaknya, karena memberikan perhatian, kehangatan, dan interaksi yang cukup baik.
Ciri lainnya dari jenis pola asuh ini, yakni orang tua selalu mendorong anaknya untuk berbuat apa pun yang diinginkan, jarang mengatur jadwal anak, mendukung perilaku anak sekalipun itu negatif, serta menghindari hukuman bagi anak.
Anak yang tumbuh dengan pola asuh permisif akan tumbuh kreatif karena terbiasa bebas mengekspresikan dirinya dalam berbagai hal serta memiliki keterampilan sosial yang baik
Namun, dalam jangka panjang, anak menjadi tidak disiplin, berperilaku agresif terutama bila keinginannya tidak dipenuhi, dan kurang inisiatif. Selain itu, anak juga akan menjadi egois, cenderung impulsif, banyak menuntut dan kurang bisa mengatur diri sendiri.
3. Pola asuh authoritative (demokratis)
Ini merupakan contoh pola asuh orang tua yang paling ideal, karena adanya keseimbangan permintaan orang tua dibarengi tingginya respons yang diberikan orang tua terhadap anak.
Orang tua dengan jenis pola asuh ini dapat mengarahkan anak secara rasional. Anak akan diberikan batasan dan konsekuensi yang konsisten ketika batasan tersebut dilanggar.
Tujuan dan konsekuensi tersebut dijelaskan kepada anak pada awal penentuan dan disepakati juga oleh anak.
Selain itu, orang tua tetap memberikan pujian, hadiah, serta dukungan emosional saat anak mencapai suatu prestasi. Komunikasi antara orang tua dan anak terjalin baik sehingga anak juga menjadi jujur, patuh, dan disiplin.
Pola asuh ini menjadikan anak memiliki kepribadian yang seimbang, mandiri dalam mengambil keputusan, disiplin dengan komunikasi yang baik, memiliki rasa percaya diri, kreatif, dan bahagia secara psikologis.
4. Pola asuh neglectful (abai)
Pola asuh cuek atau abai merupakan pola asuh yang minim keterlibatan orang tua. Orang tua cenderung membiarkan anak berkembang dengan sendirinya.
Pada jenis pola asuh ini, orang tua hanya memenuhi kebutuhan fisik dasar anak, seperti makan, tempat tinggal, dan pakaian. Sementara itu, kebutuhan secara psikologis dan emosional jarang terpenuhi.
Berbagai latar belakang menjadi penyebab pola asuh ini, umumnya karena kesibukan orang tua atau karena ada masalah pribadi orang tua (kesehatan mental, tindak kriminal, masalah ekonomi, dan sebagainya).
Pada pola asuh cuek, tidak jarang jika anak lebih banyak dididik oleh gawai, televisi, atau video game.
Saat kecil, mungkin anak belum sadar atas ketidakacuhan orang tuanya. Namun, lambat laun anak menjadi sadar bahwa dirinya tidak ‘penting’ dalam hidup orang tuanya sehingga cenderung menjadi anak yang mandiri.
Anak yang tumbuh dengan pola asuh cuek cenderung tidak mampu mengontrol diri, kepercayaan diri rendah, sulit menjalin relasi dan komunikasi, emosi tidak terkontrol hingga berdampak kepada nilai akademis yang buruk.
Demikian penjelasan tentang macam-macam pola asuh dan dampaknya terhadap anak. Ayah bunda, pastikan dan terapkan pola asuh terbaik untuk sang buah hati untuk mendukung tumbuh kembangnya dan jadikan versi terbaik mereka di masa depan. (*)
Beragam pola asuh, memang diterapkan pada anak dalam keluarga masing-masing. Pasti dampaknya ada juga. Kembalikan lagi pada kedua orangtua, harus bersamaan dan kompak jangan berbeda, agar anak tidak bingung.
BalasHapus